Selasa, 13 November 2007

Menangkap Ikan dgn Satelit


Menangkap Ikan dengan Satelit
ITANG duduk bersandar pada dinding samping bangunan Dinas Perikanan dan Kelautan UPTD PPI Central Cilauteureun Pameungpeuk Garut Selatan, Kamis (8/12) siang. Kedua kakinya dilipat. Telunjuk dan jari tengah kanannya mengapit sebatang rokok kretek yang tinggal setengahnya. Sesekali ia mengisap rokoknya dalam-dalam.
"Santai heula ah, Cep, meungpeung nuju teu aya nu nyebrang (Santai dulu ah, mumpung belum ada yang menyeberang)," katanya kepada "PR".
Lelaki berusia 45 tahun itu merupakan nelayan yang ada di Cilauteureun. Itang sedang libur melaut siang itu. Pasalnya, bukan karena larangan melaut selama tiga hari berturut-turut yang dikeluarkan LAPAN sehubungan peluncuran uji terbang sembilan roket ilmiahnya. Namun, lebih karena saat ini merupakan musim "paceklik" ikan.
"Ah, ayeuna mah sesah kenging. Kangge bahan bakar oge teu kagentosan," keluhnya.
Selama bulan Desember hingga Maret, ujar Itang, merupakan musim di mana perolehan ikan menurun drastis. "Upami usum panen di sasih Juni dugi September, tiasa kenging dua kuintal, ayeuna mah paling seueur 50 kilo," katanya.
Karenanya, kini untuk sementara ia beralih profesi menjadi ojeg parahu. Tugasnya, menyeberangkan orang-orang dari Cilauteureun ke Pantai Santolo. Setiap menyeberang, Itang mendapat upah seribu rupiah.
Bukan tanpa sebab jika ia beralih profesi. Impitan biaya dapur efek domino kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), membuatnya harus lebih kreatif lagi. Menghabiskan modal untuk 80 liter BBM yang dikonsumsi kapal motornya dengan pendapatan ikan yang minim, atau mencari alternatif lain?
**
Untungnya, setiap hari para nelayan di Cilauteureun mendapat informasi zona potensi penangkapan ikan Pameungpeuk. Informasi ini berisi titik koordinat tempat ditemukan populasi ikan terbanyak.
Tampilannya dibuat relatif semudah mungkin, peta pantai atau laut lengkap dengan wilayah daratan sebagai patokan. Di sampingnya, terdapat legenda peta yang menerangkan area dalam peta. serta titik koordinat persinggungan tempat ikan berada.
Jelas saja, Itang menggangap hal ini menguntungkan nelayan. Mereka tidak harus menghabiskan waktu seharian, untuk mengobservasi dan menentukan area jumlah ikan terbanyak--layaknya cara menangkap ikan tradisional.
Itang menjelaskan, dengan informasi zona potensi penangkapan ikan Pameungpeuk yang dikeluarkan LAPAN, beberapa rekannya sesama nelayan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
"Komo upami tos ngangge GPS mah, gampil pisan," paparnya.
Ya, seperti apa yang dikatakan Itang, dengan sebuah alat bernama Global Positioning System (GPS), titik berkumpulnya ikan dapat diketahui dengan lebih akurat. Tingkat keberhasilannya, menurut Itang, sangat tinggi. "Pasti kuintalan wae sanajan paceklik ge (Pasti perolehannya berkuintal-kuintal, walaupun di musim paceklik)," katanya.
Tanpa alat canggih bernama GPS, seorang Itang tak berkecil hati. Ia berusaha membaca peta zona tersebut, tanpa memasukkan koordinat tertentu seperti layaknya pada GPS. Ia hanya mengira di daerah mana ikan-ikan yang tergambar di peta tersebut. Abrakadabra! Dugaan jadi kenyataan. "Hampir leres wae eta mah. Nanging teu saseueur nu ngangge GPS, lumayan nambih," tambahnya.
Dari 1.134 nelayan di Cilauteureun, Itang mengaku baru ada empat nelayan yang memiliki alat canggih tersebut. Sisanya, masih menggunakan metode kombinasi: informasi zona penangkapan yang bersumber dari citra satelit NOAA, FENGYUN1-D, dan TOPEX, dan sistem kiraan ala Itang.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan UPTD PPI Central Cilauteureun Dadang, S.P., menyatakan, untuk saat ini pihaknya sedang berusaha menjembatani teknologi dan tingkat adopsi masyarakat tersebut. "Caranya, ya, dengan pemasangan peta laut. Hanya masalahnya, kita belum punya," katanya.
Laporan hasil pemantauan citra satelit tentang posisi ikan tersebut, selain bisa diakses melalui GPS, bagi nelayan yang tidak memiliki peralatan tersebut, LAPAN mencetak hasil pemantauan tersebut, kemudian ditempel di papan yang ada di pusat pelelangan ikan (PPI) setempat. (Roby Nugraha/"PR")***

Tidak ada komentar: